Perilaku Konsumtif Mahasiswa Selama Pandemi Covid-19


     Teknologi berperan penting bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inocasi yang telah dihasillkan dalam satu dekade terakhir ini. Salah satu contohnya adalah internet. Internet ini, sangat memudahkan masyarakat dalam proses pembelian baranag atau jasa atau kebutuhan-kebutuhan lain, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder.

     Dengan adanya pemberlakuan "WFH (Work from Home)" selama pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini, aktivitas masyarakat menjadi lebih terbatas. Akibatnya masyarakat merasa skeptic untuk keluar rumah bahkan sekedar berbelanja. Oleh karena itu, teknologi khususnya online shopping tengah marak bahkan dikalangan mahasiswa. Tawaran menarik dari online shopping ini sangat memudahkan, menguntungkan, dan membantu konsumen. Sehingga masyarakat khususnya mahasiswa tidak perlu kebingungan bagaimana cara berbelanja yang aman dan nyaman tanpa harus keluar rumah.

     Kemudahan dalam pembelanjaan kebutuhan ini membuat mahasiswa sering mengakses aplikasi-aplikasi online shopping seperti shopee, tokopedia, blibli, tanihub, dan lain sebagainya. Seringnya mengakses aplikasi tersebut umumnya akan membuat mereka melakukan online shopping bukan berdasarkan pada kebutuhan, melainkan pada keinginan semata untuk memenuhi kriteria gaya hidup lingkungan pertemanan. Dengan meng-klik barang-barang yang kita inginkan dan melakukan pembayaran secara online, akan membuat kita menjadi masyarakat yang memiliki gaya hidup konsumtif.

     Menurut Sumartono (2002) perilaku konsumtif adalah suatu perilaku yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan rasional melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai tarif tidak rasional lagi. 


     Perilaku konsumtif melekat pada seseorang yang lebih memilih membeli sesuatu di luar kebutuhan atau pembelian lebih didasarkan pada faktor keinginan. Gaya hidup konsumtif setiap seseorang yang lebih didasarkan pada faktor keinginan. Gaya hidup konsumtif setiap orang berbeda-beda, hal ini di dasari oleh latar belakang ekonomi. Perilaku kondumtif ini sangat beragam melalui fashion, make up, gadget, hingga kuliner. 

    Masuknya budaya asing juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif kaum milenial khususnya mahasiswa. Perilaku konsumtif yang tidak di dasari pada kebutuhan pokok akan menimbulkan masalah perekonomian. Apasih penyebab perilaku konsumtif di kalangan mahasiswa?

Pertama, waktu dan suasana hati.
     Waktu dan suasana hati sangat mempengaruhi kondisi mahasiswa dalam pembelian kebutuhan mereka. Misalnya pada saat mereka keluar untuk jalan-jalan ke mall yang pada awalnya hanya untuk melihat-lihat atau refresing semata. Kesenangan suasana hati mereka ini mempengaruhi keputusan mereka dalam berbelanja produk yang ada di mall tersebut.

Kedua, media sosial.

      Misalnya, sewaktu mereka membuka media sosial yang pada awalnya untuk mencari barang-barang kebutuhan yang mereka butuhkan. Namun, karena lamanya mereka menelusuri media sosial tersebut membuat mereka melupakan tujuan awal atau barang apa yang mereka cari dan meng-klik iklan-iklan yang ada. Pengaruh iklan sangat mempengaruhi konsumen, karena memiliki harga yang menonjol, pendistribusian barang yang mendorong konsumen, karena memiliki harga yang menonjol, pendistribusian barang yang mendorong konsumen dalam pengambilan kepurusan dan barang yang menarik.

Ketiga, e-money atau electronic money.
     Kemudahan pembayaran melalui e-money ini membuat para mahasiswa terkadang melupakan batasan anggaran dana yang bisa mereka keluarkan selama perbulan. Dengan sekali klik confirm pembayaran, maka tak terasa uang bulanan mereka akan habis tanpa tahu kemana uang tersebut dihabiskan.

    Belanja atau shopping bagi para mahasiswa bukan saja untuk memenuhi kebutuhan, tetapi sudah menjadi gaya hidup mereka. Mahasiswa ingin dianggap keberadaannya dan diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha diterima dalam lingkungan tersebut.  Dengan mengetahui penyebab-penyebab apa saja yang mempengaruhi pola perilaku konsumtif, maka kita juga harus mengetahui hal-hal apa saja yang membantu kita mencegah pola perilaku konsumtif dapat terjadi. 

Berikut hal-hal apa saja yang dapat dilakukan mahasiswa untuk mengurangi perilaku konsumtif mereka, yakni:
  1. Menabung dan membuat anggaran dana. Dengan menyisihkan uang saku mereka dengan menabung dapat membantu mereka di masa depan, sedangkan dengan membuat anggaran dana mahasiswa dapat mengetahui berapa batasan pengeluaran sebulan mereka untuk memuaskan pembelian barang yang mereka inginkan.
  2. Menentukan prioritas kebutuhan. Menentukan prioritas kebutuhan dapat membantu kita untuk memilah barang-barang yang akan kita beli. Karena barang-barang yang kita butuhkan akan selalu menjadi barang yang kita perlukan, sedangkan barang yang kita perlukan tidak selalu menjadi barang yang kita butuhkan.
  3. Mengurangi jalan-jalan dan cermatlah dalam membeli barang. Cermat disini maksudnya ialah membeli barang berdasarkan kegunaan bukan berdasarkan brand ternama. Contohnya ialah daripada menghamburkan uang pada satu baju dari brand ternama llebih baik dihamburkan untuk membeli beberapa baju dari brand local.
  4. Memulai berbisnis atau investasi. Memulai berbisnis ini dapat membantu kita mendapatkan penghasilan secara tetap. Pengeluaran atau penanaman modal dalam memulai bisnis atau investasi ini tidak akan sia-sia, karena dari pengeluaran ini akan mendapatkan keuntungan secara berkala.
  5. Menjadi diri sendiri dan tidak perlu mengikut-ikuti oranglain. Kuatnya pengaruh teman sebaya terhadap penampilan, membuat para mahasiswa berusaha menampilkan dirinya sebaik mungkin agar mereka tidak merasa ditolak oleh lingkungan pertemanannya. Keinginan untuk meningkatkan rasa percaya diri dan ingin diterima membuat mahasiswa melakukan pembelian secara berlebihan, sehingga dapat menyebabkan terjadinya gejala perilaku membeli yang tidak wajar pada mahasiswa. Hal ini mereka lakukan agar terlihat menarik dengan menggunakan busana dan aksesoris. Seperti Sepatu, tas, jam tangan, dan sebagainya yang dapat menunjang penampilan mereka. Para remaja juga tidak segan-segan untuk membeli barang yang menarik dan mengikuti trend yang sedang berlaku, karena jika tidak mereka akan dianggap kuno dan tidak gaul.
  6. Sedekah. Menyisihkan uang saku mereka untuk bersedekah berebihan atau konsumtif tidaklah baik, dan dapat menimbulkan lebih banyak dampak negatif daripada dampak positif pada pola perilaku kehidupan mahasiswa. Dampak negatif yang ditimbulkan dari berbelanja online ini adalah pola hidup menjadi boros, menimbulkan kecemburuan sosial, dan cenderung melupakan kebutuhan utama. Sedangkan dampak positif dari perilaku konsumtif ini ialah hanya untuk kesenangan sementar semata.
    Perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang bukan untuk mencukupi kebutuhan tetapi untuk memenuhi keinginan, yang dilakukan secara berlebihan sehingga menimbulkan pemborosan. Masuknya budaya asing juga mempengaruhi gaya hidup di kalangan milenial khususnya mahasiswa. Perilaku konsumtif yang tidak di dasari pada kebutuhan pokok akan menimbulkan masalah perekonomian. 

   Untuk menekan pola perilaku konsumtif kita harus bijak dalam menghabiskan pemasukan yang kita miliki serta selalu mengingat pepatah mengenai prioritas kebutuhan yakni "Barang-barang kebutuhan akan selalu menjadi barang yang kita perlukan, sedangkan barang keperluan tidak selalu menjadi barang yang kita butuhkan". Jadi apakah sobat dunia kampus masih mau memiliki pola perilaku konsumtif? semoga artikel ini bermanfaat bagi sobat dunia kampus.

*Artikel ini sudah di posting di dunia kampus 4.0

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meaning of TREASURE "Beautiful"

Meaning of Mariah Carey "Emotions"

Meaning of Weeekly (위클리) "언니 (Unnie)"